Catatan kecil bersama seorang yang besar


Suatu hari, saya menuju kearah Jl. Cikutra, daerah Taman Makam Pahlawan untuk menanyakan keberadaan seorang kakek untuk dijadikan salah satu talent pada sebuah kegiatan. Ternyata hari itu, belum tampak keberadaan Beliau di tempat yang biasanya menjadi salah satu arena menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan di Kota Bandung.

Saya melanjutkan pencarian saya ke sebuah markas tentara yang terdapat disana dan menanyakan keberadaan kakek tersebut. Saya ditunjukkan arah ke suatu jalan dan kemudian diberitahukan untuk menanyakan tempat tinggal Beliau.

Setelah menanyakan tempat tinggal kakek itu di sebuah pangkalan ojek, maka niat baik salah satu pengendara disana mengantarkan saya sampai tepat di depan rumah kakek tersebut. Masuk ke sebuah gang, tidak jauh dari Taman Makam Pahlawan (+/-10 menit) saya melihat seorang perempuan yang sedang merapikan halaman rumahnya.

Maka saya bertanya kepadanya,”Betul ini rumah Pak Sariban?” setelah melihat papan dan beberapa tulisan mengenai lingkungan hidup saya mendapatkan jawaban dari perempuan itu,”Bapaknya lagi ga ada, ada yang bisa dibantu?”

Sambil menyerahkan 1 lembar flyer kegiatan yang dimaksud, maka saya mengutarakan niat dan harapan untuk mengundang Pak Sariban dapat berpartisipasi. “Mungkin abis maghrib aja” begitu kalimat yang dilontarkan oleh perempuan tadi,”Tapi kalo emang bener, dateng tepat waktu soalnya bapak suka nunggu sampe malem, kan kasian.” Begitu kalimat lanjutannya, sebelum akhirnya saya berpamitan dan bergegas mengantarkan sang pengantar tadi.
Setelah berterima kasih kepada sang pengantar tersebut, maka saya pun berbalik arah. Setelah beberapa meter dari sana, dari arah yang berlawanan terlihat sosok kakek yang dicari. Seorang kakek dengan pakaian berwarna kuning, menggunakan topi caping, dan sepeda ontel yang membawa berbagai peralatan bekerja di belakangnya.

Mengikutinya dan mendengar ucapan-ucapan yang dilontarkan melalui TOA (pengeras suara), tentunya berkaitan dengan kampanye lingkungan hidup. Sampai di gang ke arah rumahnya, beliau berbalik dan melihat ke arah saya. “Mau ketemu saya?”begitu pertanyaan yang mucul dan diarahkan kepada saya. “Betul,Pa” saya menjawab, “Sudah tau rumah saya, silakan duluan”.

Sungguh kebetulan yang diharapkan. Akhirnya saya menunggu di depan rumahnya, sementara Pak Sariban masih berjalan kaki ditemani oleh sepeda ontel kesayangannya. Begitu sampai di rumahnya, beliau masuk dan akhirnya mempersilahkan saya untuk masuk ke ruang tamu.

“Saya Shalat dulu, silakan baca-baca” begitu ucapan Pak Sariban sebelum saya ditinggalkan sendiri di ruang tamu, dengan berbagai pemandangan yang membuat takjub. Berbagai sudut ruang tamu yang dipenuhi berbagai bingkai penghargaan kepada seorang kakek, seorang relawan lingkungan hidup di Kota Bandung.
Foto-foto, artikel tentang dirinya, dan beberapa arsip yang terdapat disana, sebelum akhirnya perhatian saya tertuju pada sebuah lagu yang diciptakan beliau, tetap mengkampanyekan mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Setelah beberapa lama, beliau keluar dari arah dalam rumah dan berjalan menuju ke arahku. “sebelum kita ngobrol, silakan catat nama anda dan ada keperlun apa di sebuah buku kecil yang disodorkannya kepadaku”. Setelah membaca buku kecilnya, maka saya ditanya oleh Pak Sariban,”Ada perlu apa sebenarnya sama seorang kakek tua ini?” sambil tersenyum kecil ke arahku.

Setelah mengutarakan harapan dan niat saya, ternyata beliau menjanjikan untuk datang dan berpartisipasi di dalam kegiatan ini. Padahal hari itu, beliau sudah diundang untuk dapat hadir di salah satu pesantren. “Mungkin itu bisa digantikan”, ucap Seorang kakek tersebut.

Diluar pembicaraan mengenai undangan saya, pesan yang disampaikan oleh Pak Sariban adalah mengenai jenis/kategori sampah dan alasan mengumpulkan paku-paku yang terdapat pada batang pohon. “Pohon itu menangis”, begitu ucapannya.

Sungguh pengalaman berbincang yang menyenangkan, bersama salah satu tokoh masyarakat yang benar-benar peduli terhadap lingkungan hidup di Kota Bandung. “Saya tidak minta apa-apa untuk kehadiran saya, yang penting disana terdapat beberapa titik tempat sampah, saya tidak segan untuk memarahi siapapun yang membuang sampah di hadapan saya.” Begitu ucapan lanjutannya kepadaku.

Berpamitan untuk pulang dari rumahnya, beliau mengantarkan saya sampai depan pintu. “kalo ada perlu apa-apa, tulis saja di kertas yang digantungkan pada salah satu bagian depan rumahnya itu” ucap Pak Sariban kepadaku, pada hari menjelang malam.

Pelajaran yang sangat berarti mengenai perlunya bekerja keras, semangat, dedikasi, dan pengharapan yang terwujud dari seorang kakek tua, seorang relawan lingkungan hidup, Bapak H. Sariban.

Leave a comment